Saya benar-benar malu pada nya. Ketika saya terpuruk, dan protes pada nasib, Allah mempertemukan saya dengan akhwat ini.
Kadang saya berpikir “Ya, Allah.. saya hanya ingin segera bertemu dengan kekasih saya. Secepatnya. Toh, bumi akan tetap berputar jika kami segera bertemu.. tapi kenapa Kau siksa kami dengan jarak dan waktu ini,.. Ya Rabb..”
hmm.. rintihan putus asa, yang tidak berguna ternyata. Dibandingkan akhwat yang saya temui, saya jaaauh lebih beruntung. Ada batas waktu. Dan ruang.
Sebenarnya saya tidak tega untuk menuliskan ini. Tapi padanya, saya merasa malu. Padanya, saya merasa saya bukan orang yang bersyukur.
Ketika saya mengatakan 1 Minggu itu sangat lama, dia mengatakan “Hidup ini singkat, akh..pasti ada yang lebih baik dari aq,,smoga akhi mendapat istri yg sholihah” ya… betapa tidak bersyukurnya saya..
Saya masih memiliki hitungan bulan, hari, tanggal.. untuk bertemu lagi dengan belahan hati saya. Saya masih bisa mendengar suaranya, menatap wajahnya meski terbatasi layar, merencanakan masa depan yang masih bisa kami tatap, merasakan kehadirannya..nyata..
hm.. saya tetap tidak berani menuliskannya, ternyata..
“Terima kasih, ukhti.. kau membuatku merasa lebih menghargai nikmat ini….”
Astaghfirullah, Ya Rabb… atas ketidak syukuran ku pada nikmatMu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar